Kamis, 18 Februari 2010

Allah Sayang Kamu (27082009)

Berjalan ringan menyusuri Gang Tembok, Kali Pasir, Menteng menuju Stasiun Gondangdia merupakan kegiatanku untuk pulang setelah mengikuti terapi Nursyifa'

Malam itu tepatnya tanggal 25 Agustus 2009 memang rasanya aku sedang bahagia sekali, hatiku tenang dan nyaman. Aku yakin rasa yang diturunkan dari Allah itu adalah salah satu buah dari mengikuti terapi yang sedang kujalani. Dalam terapi itu juga selalu diingatkan agar aku selalu berpikir positif dalam menghadapi setiap permasalahan. Setiap persoalan atau kejadian yang kita alami akan bernilai positif dan mengandung banyak hikmah di dalamnya apabila kita mampu melihatnya dengan pandangan yang positif juga. Jangan biarkan permasalahan menjadikan kita bermasalah katanya.

Sampailah aku di stasiun Gondangdia, sebuah stasiun kereta yang lokasinya berdekatan dengan sebuah Masjid yang bersejarah, Masjid Cut Mutia namanya. Setelah membeli karcis kereta, akupun menuju peron. Matakupun tertuju pada sebuah kursi panjang yang telah diduduki ole dua orang, seorang pemuda dan seorang tua yang sudah sangat pantas dipanggil kakek. Berperawawkan tinggi dan sedikit berisi dengan baju koko dan peci putihnya mencerminkan seorang kakek yang sholeh yang sering keluar masuk masjid untuk beribadah. Dengan ramah dan tersenyum sang kakekpun mempersilahkan aku untuk duduk disampingnya karena memang kursi tunggu ini dapat menampung tiga orang.

Sang kakekpun kembali tersenyum kepadaku, beliaupun membuka percakapan dengan bertanya tentang tujuanku dan kegiatanku di Menteng. Tanpa ragu, akupun menjawab pertanyaan beliau sambil diiringi senyum pula. Seketika kakek itu tertegun sejenak dan memberikan beberapa pandangan atau mungkin lebih tepatnya nasihat kepadaku. "Mohonlah kesembuhan pada Allah, karena Dialah sesungguhnya yang mampu menyembuhkan", ujarnya. Beliaupun kemudian menanyakan namaku dan kamipun berkenalan, "Allah sayang kamu, Huriyah", katanya lagi. Akupun terperangah mendengarnya meskipun kata-kata ini cukup sering kudengar baik dari teman maupun dari tempat terapi namun tetap saja masih membuatku terperangah. Memang belakangan ini aku cukup 'sensitif' dengan kata-kata cinta dan sayang. Rasanya aku ingin selalu memberikan rasa cinta dan sayangku pada siapapun terutama pada AllahTuhanku yang justru telah memberikan rasa ini padaku agar aku dan Dia dapat saling mencintai dan menyayangi, karena memang Dialah sang pemilik sifat Ar-Rahman; Maha Pengasih, Ar-Rahim; Maha Penyayang dan Al-Wadud; Maha Mencintai.

Sang kakekpun melanjutkan nasihatnya, "Perbanyak beribadah pada Alah, lakukan sholat sunnah selain yang wajib, mengaji dan bersedekah karena sedekah dapat mengantarkan pula pada kesembuhan juga jauhi bid'ah". Beliaupun menambahkan bahwa penyakit yang diberikan adalah salah satu tanda sayang Allah, bukan merupakan bencana seperti yang orang-orang sering katakan, karena dengan tanda sayang-Nya itu akan menggugurkan dosa-dosa. Mensikapinya dengan baik adalah hal yang utama sambil memperbaiki diri dan terus berusaha berobat, pesannya.

Alhamdulillah, terimakasih banyak atas nasihat yang diberikan oleh Pak Haji Ndon, seorang jamaah Masjid Cut Mutia yang tinggal di dekat kelurahan Lenteng Agung. Semoga Allah merahmatimu selalu.

Akupun berpamitan padanya untuk menaiki kereta ekonomi AC jurusan Bogor yang juga sama-sama dinaiki oleh Pak Haji, namun aku menuju ke arah pintu yang lebih di depan sehingga akupun berpisah dengannya.

Di dalam kereta ingatanku sering tertuju pada ucapan Pak Haji tadi sambil sesekali memperhatikan tingkah laku para penumpang kereta yang sangat beragam, ada yang sibuk dengan handphonenya, ada yang asyik mengobrol dengan temannya dan sebagainya. Akhirnya tanpa kusadari akupun terlewat satu stasiun dari yang seharusnya aku turun.........o o o.

AKu kutifkan sebuah tulisan dari kumpulan cerita penyemangat jiwa dari Nursyifa' yaaaa...

Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidak sempurnaan. Karena Allah menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena ALlah memang menyiapkan kita menjadi makhluk dengan berbagai kelebihan.

Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya kapan kita menjadi besar dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan bilakah saatnya berhasil? Kapankah saat itu akan datang?

Teman, kita adalah layaknya benih kecil. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar tanpa pernah merasakan alpa dengan banyaknya tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil dan sukses tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan? Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan?" Tidak teman, karena Allah Maha Tahu bahwa setiap hamba-Nya akan menemukan jalan keberhasilan, maka akan Allah tak pernah lupa dengan itu semua. Jangan pernah berkecil hati, semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

Alhamdulillahirobbil alamin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar