Kamis, 18 Februari 2010

Lafadz Allah pada Awan (22082009)

Ini adalah salah satu peristiwa menakjubkan yang kualami sewaktu melakukan perjalanan umroh tanggal 29 Juli 2009. Tanpa bermaksud menyombongkan diri (semoga Allah selalu menjaga niatku) aku ingin berbagi pengalaman dengan kalian semua yang telah mendoakan kelancaran perjalanan umrohku, semoga peristiwa ini dapat menjadikan diri kita lebih meyakini akan keberadaan Allah yang Maha Segalanya, termasuk Maha Mendengar apapun yang terbersit dalam hati kita dan Allah akan mewujudkan itu dengan mudahnya sesuai dengan kehendak-Nya, tiada yang tidak mungkin bagi-Nya, Allahu Akbar Allah Maha Besar....

Bismillahirrahmanirrahim,

Sekitar pukul 12.20 aku beserta rombongan menaiki pesawat Garuda Boeing 747 (kalau tidak salah) menuju bandara King Abdul Aziz di Jeddah, Arab Saudi. Perjalanan memakan waktu lebih kurang 9 jam. Pesawatpun siap take off, semua penumpangpun berdoa dipimpin oleh salah seorang pramugari yang disusul dengan bergeraknya pesawat. Pesawat bergerak semakin lama semakin cepat dan semakin tinggi melesat meninggalkan dataran. Pemandangan landskap yang terlihatpun semakin lama semakin kecil dan hampir hilang dari pandangan.

Alhamdulillah aku dapat duduk di pinggir jendela pesawat sehingga aku dapat lebih leluasa melihat pemandangan indah di luar pesawat. Sebenarnya aku dapat duduk di tempat istimewa ini setelah bertukar tempat duduk dengan teman serombongan yang biasa kupanggil Mbak Anna. Ia sebelumnya mendapat tempat duduk yang terpisah dengan suaminya, dengan bertukar tempat duduk berarti kami mendapatkan win-win solution, artinya aku dapat duduk di tepi jendela bersama teman dan seorang ustadz dari biro perjalanan yang bertugas mengantar dan menemani rombongan kami selama 9 hari ibadah umroh ini sampai kembali ke tanah air, sedangkan mbak Anna dapat duduk manis di samping suaminya tercinta. Oh andai aku bisa pergi bersama suamiku juga pada saat itu alangkah indahnya. "Ya Allah, ijinkan dan panggil aku kembali bersama suami, keluarga dan teman-temanku lainnya".

Pesawat masih terus melaju dengan tenang, kulihat pemandangan indah di bawah sana, butiran-butiran awan yang berkumpul maupun bertebaran bergerak lembut kesana kemari begitu menyita perhatianku, maklumlah ini adalah perjalanan udara pertama kalinya bagiku.

Sambil menikmati keindahan awan yang tergerai di bawah sana, aku teringat akan beberapa penomena alam yang terjadi yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah. Terbayang di benakku sebuah gambar atau tepatnya lafadz Allah yang terbentuk dari awan yang berkumpul di angkasa, saat itupun aku berdoa, "Ya Allah, mohon perkenankan aku melihat tanda-tanda kebesaran-Mu dengan sarana awan-Mu yang membentuk lafadz Allah". Sambil terus kupandangi awan-awan yang berarakan itu, akupun menitikkan airmata akan keindahannya dengan terus menunggu keajaiban yang akan Allah perlihatkan kepadaku. Waktupun terus berlalu namun belum juga terlihat apa yang kutunggu-tunggu.

Seiring waktu berlalu, kira-kira lewat pukul 3 sore, aku teringat sebuah kegiatan yang biasa dilakukan di tempat terapi Nursyifa', terapi pengobatan yang sedang aku ikuti. Kami biasa mengaji dan berdoa memohon keberlimpahan rizki karunia Allah sambil memvisualisasikan bahwa permohonan kita telah terwujud. Akupun mulai mengaji dengan berusaha menghayati setiap ayat yang kubaca bersama maknanya. Terus kubaca perlahan ayat demi ayat sampai selesai dan kuulangi lagi hingga tujuh kali seperti di Nursyifa'. Tanpa dapat kucegah, air mataku terus berjatuhan mengalir membasahi wajahku, beberapa kali sudah kucoba menghapusnya namun aliran sungai yang telah terbentuk di wajahku terus saja basah mengiringi lantunan suaraku.

Setelah ayat terakhir selesai kubaca, kututup aktifitas mengajiku dengan doa-doa dan rasa syukur yang mendalam atas begitu besar karunia atau anugrah yang telah Allah berikan padaku termasuk anugrah mendapat kesempatan untuk melaksanakan ibadah umroh, pergi ke rumah-Mu.

Seketika kupalingkan wajahku kembali ke luar jendela, ingin aku menikmati lagi pemandangan indah di luar. Tanpa dinyana, sebuah keajaiban luar biasa bagiku terlihat dengan jelas dibawah sana. Aku membaca lafadz Allah dengan jelas tertulis pada kumpulan awan tebal yang membentuk huruf alif, lam, lam dan ha menyambung menjadi lafadz Allah yang membentang indah di angkasa dengan latar belakang lautan biru luas. Allahu AKbar.

Puji syukur terus terucap berulang-ulang dari mulutku, begitu Maha Kuasanya Allah Tuhanku, sungguh telah Ia tunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya lewat sarana awan sebagai ciptaan-Nya. Allah benar-benar telah mengabulkan doaku, memperkenankan aku melihat apa yang kumohonkan.

Ingin rasanya berbagi pengalaman yang kulihat dengan ustadz dan teman yang duduk di sebelahku namun aku tak berani menggangu kelelapan yang sedang melanda mereka. Terpaksa kunikmati sendiri pemandangan menakjubkan di bawah sana sampai pesawat bergerak menjauh meninggalkannya. Tak ingin rasanya mata ini berkedip kehilangan satu detikpun momen luar biasa itu sampai aku tidak sempat mengambil kamera yang kusimpan rapi di dalam tasku di bagian bawah kursi.

Ketika pesawat terus bergerak maju dan aku masih memandang ke luar jendela, tiba-tiba dengan ijin Allah, aku diperlihatkan hal yang sama lagi. Akupun kembali takjub hampir tak percaya karena ini adalah lafadz Allah yang ke-dua pada awan yang berbeda. Aku berniat untuk mengambil kamera demi mengabadikan fenomena tersebut, namun mata ini tidak mau berpaling sehingga kehilangan kesempatan langka ini. Aku berfikir bila aku mengambil kamera yang ada di dalam tasku aku akan kehilangan kesempatan yang mungkin hanya sebentar saja. Akhirnya aku hanya bisa menikmatinya saja sambil terus bersyukur. Belum terhenti rasanya syukur yang terucap, tiba-tiba Allah memperlihatkan kembali kejadian yang sama hingga selanjutnya sekali lagi, sehingga Alhamdulillah dengan ijin dan kehendak-Nya, aku telah melihat lafadz Allah yang terbentuk pada awan sebanyak empat buah berturut-turut. Sungguh sebuah kenyataan yang datang tanpa diduga-duga.

Ketika telah begitu banyak airmata yang keluar, kembali Allah memperlihatkan tanda kebesaran-Nya dengan mempertontonkan lafadz Laaillahaillallah di angkasa terbentang dengan gagah di depan mataku. Susunannya mirip sekali dengan gambar/foto lafadz Laaillahaillallah yang terbentuk pada susunan batang-batang kayu yang ditemukan di sebuah negara (kalau tidak salah Jerman) yang pernah kulihat.
Laksana ukiran kaligrafi timbul yang begitu indah dan jelas. Aku kembali terpana untuk kesekian kalinya, hanya ada Allah dalam hatiku saat itu, Subhanallah Walhamdulillah Walaailahaillallah Wallahu akbar...Laahaula Walaquwata Illabillahil Aliyyul adzhiiim.

Walhamdulillahirobbil alamin....

2 komentar:

  1. subhanallah..pengalaman yg indah..smg Allah perkenankan pula sy menyaksikannya suatu saat nanti...

    BalasHapus
  2. Terima kasih, alhamdulillah.. Semoga ya, amin..

    BalasHapus