Minggu, 21 November 2010

Salam

Hallooo...

Selamat datang di blogku.
Melalui blog ini, kutuliskan berbagai cerita tentang pengalaman hidupku dan hal-hal lainnya. Dari mulai pengalaman seru dan menyenangkan sampai pengalaman sedih, duka lara yang menyayat hati. Sebenarnya aku lebih suka menceritakan pengalaman yang seru saja namun berbagi pengalaman sedihku, mungkin pula dapat bermanfaat.

Oh ya, maukah kau tahu, teman...
Aku adalah salah seorang wanita yang divonis menderita salah satu penyakit yang mematikan.
Ini mungkin sudah rahasia umum di antara teman-temanku... (Ssst, murid-muridku belum tahu)... menurut pemeriksaan Onkolog, aku menderita penyakit kanker, tepatnya kanker serviks atau disebut juga kanker mulut/leher rahim. Kalau bahasa kerennya sich "Non keratinizing squamous cell carsinoma"
Tapi kondisiku sudah lebih baik lho, alhamdulillah.
Mohon doanya ya, semoga Tuhan berkenan memberikan kesembuhan yang sempurna bagiku, kesembuhan yang tiada meninggalkan bekas, sehat lahir bathin. Hanya Ia yang kupercaya mampu memilihkan yang terbaik untukku dan memberikan kekuatan serta menanamkan keikhlasan dalam menjalani kehidupan ini, aku akan selalu bersyukur karenanya.

Teman...
Meskipun awalnya sangat sulit ketika harus menerima kenyataan, namun seiring waktu berjalan, aku merasa menjadi manusia baru. Hidupku terasa lebih indah sekarang dan jiwaku terasa lebih tentram. Ya, itu semua adalah hikmah dari kejadian yang kualami.

"Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha"
-Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya-

Ada yang hampir lupa nich, Teman...
Aku telah membuat sebuah buku dalam bentuk novel. Ya, novelku berisi tentang pengalaman hidupku dalam menjalani hidup bersama penyakit itu. Nach, itu juga merupakan salah satu bentuk hikmah yang kudapat. Aku jadi punya cerita menarik, mencengangkan, seru, lucu, dan berhias banyak keajaiban Tuhan. Judul novelku "MIRACLE OF LIFE" cuma judulnya aja sich yang dalam Bahasa Inggris, kalau isinya sich Bahasa negeriku sendiri, Bahasa Indonesia...:)

Oh ya, Teman...
Novelku belum ada di toko-toko buku. Menurut Penerbit Mizan, masih menunggu beberapa bulan lagi untuk diterbitkan. Novelku harus mengantri di Penerbitan dengan puluhan buku yang akan diterbitkan juga. Mmmm... sebuah penantian yang membahagiakan...:)
Kalau sudah terbit nanti, silahkan dibaca isinya. Semoga bisa menghibur, bermanfaat dan membawa kebaikan tentunya, amin.

Sampai di sini dulu ya, Teman...
Salam hangat dariku,

Huriyah Riza

Kamis, 18 Februari 2010

Any QUestion (15072009)

Berganti-ganti ekspresi wajah, intonasi suara yang dimainkan naik turun, memakai alat bantu mengajar membuat siswa menjadi "terpesona" dan senang...di saat memasuki materi yang lebih serius sang guru pun mjd lebih serius mengantarkan siswa untuk mengerti dan memahami materi tsb. Sampai akhirnya, semua siswa terpaku dan terpana.

Merasa diri diatas angin krn mjd pusat perhatian semua muridnya, sang gurupun jadi menjadi-jadi menjelaskan materi sampai berbusa-busa kata-katanya hehehe...

Mengharap ada pertanyaan yang menantang yang akan ditanyakan murid atau komentar genius dari mereka, sang guru pun dengan penuh percaya diri berkata..."Any question?"...

Beberapa murid yang tadi sampai tidak bisa memejamkan matanya karena seriusnya mendengarkan penjelasan sang guru dengan antusias mengacungkan jarinya. Salah satu dari mereka mengacungkan jarinya lebih tinggi dari yang lainnya bahkan hampir berdiri...

Melihat itu, sang gurupun langsung menunjuk murid yang mengacungkan jari paling tinggi sambil mempersilahkannya. Berharap mendapat sebuah masukan besar dari muridnya yang sangat antusias, sang gurupun merendahkan wajahnya dan menatap dua bola mata murid yang disayanginya itu dengan penuh harap..."Yes, please"...

Si muridpun dengan tidak sabar dan suara yang lantang mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh sang guru............

"MAY I GO TO THE TOILET, PLEASE?".............?!?!?!?!

Lafadz Allah pada Awan (22082009)

Ini adalah salah satu peristiwa menakjubkan yang kualami sewaktu melakukan perjalanan umroh tanggal 29 Juli 2009. Tanpa bermaksud menyombongkan diri (semoga Allah selalu menjaga niatku) aku ingin berbagi pengalaman dengan kalian semua yang telah mendoakan kelancaran perjalanan umrohku, semoga peristiwa ini dapat menjadikan diri kita lebih meyakini akan keberadaan Allah yang Maha Segalanya, termasuk Maha Mendengar apapun yang terbersit dalam hati kita dan Allah akan mewujudkan itu dengan mudahnya sesuai dengan kehendak-Nya, tiada yang tidak mungkin bagi-Nya, Allahu Akbar Allah Maha Besar....

Bismillahirrahmanirrahim,

Sekitar pukul 12.20 aku beserta rombongan menaiki pesawat Garuda Boeing 747 (kalau tidak salah) menuju bandara King Abdul Aziz di Jeddah, Arab Saudi. Perjalanan memakan waktu lebih kurang 9 jam. Pesawatpun siap take off, semua penumpangpun berdoa dipimpin oleh salah seorang pramugari yang disusul dengan bergeraknya pesawat. Pesawat bergerak semakin lama semakin cepat dan semakin tinggi melesat meninggalkan dataran. Pemandangan landskap yang terlihatpun semakin lama semakin kecil dan hampir hilang dari pandangan.

Alhamdulillah aku dapat duduk di pinggir jendela pesawat sehingga aku dapat lebih leluasa melihat pemandangan indah di luar pesawat. Sebenarnya aku dapat duduk di tempat istimewa ini setelah bertukar tempat duduk dengan teman serombongan yang biasa kupanggil Mbak Anna. Ia sebelumnya mendapat tempat duduk yang terpisah dengan suaminya, dengan bertukar tempat duduk berarti kami mendapatkan win-win solution, artinya aku dapat duduk di tepi jendela bersama teman dan seorang ustadz dari biro perjalanan yang bertugas mengantar dan menemani rombongan kami selama 9 hari ibadah umroh ini sampai kembali ke tanah air, sedangkan mbak Anna dapat duduk manis di samping suaminya tercinta. Oh andai aku bisa pergi bersama suamiku juga pada saat itu alangkah indahnya. "Ya Allah, ijinkan dan panggil aku kembali bersama suami, keluarga dan teman-temanku lainnya".

Pesawat masih terus melaju dengan tenang, kulihat pemandangan indah di bawah sana, butiran-butiran awan yang berkumpul maupun bertebaran bergerak lembut kesana kemari begitu menyita perhatianku, maklumlah ini adalah perjalanan udara pertama kalinya bagiku.

Sambil menikmati keindahan awan yang tergerai di bawah sana, aku teringat akan beberapa penomena alam yang terjadi yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah. Terbayang di benakku sebuah gambar atau tepatnya lafadz Allah yang terbentuk dari awan yang berkumpul di angkasa, saat itupun aku berdoa, "Ya Allah, mohon perkenankan aku melihat tanda-tanda kebesaran-Mu dengan sarana awan-Mu yang membentuk lafadz Allah". Sambil terus kupandangi awan-awan yang berarakan itu, akupun menitikkan airmata akan keindahannya dengan terus menunggu keajaiban yang akan Allah perlihatkan kepadaku. Waktupun terus berlalu namun belum juga terlihat apa yang kutunggu-tunggu.

Seiring waktu berlalu, kira-kira lewat pukul 3 sore, aku teringat sebuah kegiatan yang biasa dilakukan di tempat terapi Nursyifa', terapi pengobatan yang sedang aku ikuti. Kami biasa mengaji dan berdoa memohon keberlimpahan rizki karunia Allah sambil memvisualisasikan bahwa permohonan kita telah terwujud. Akupun mulai mengaji dengan berusaha menghayati setiap ayat yang kubaca bersama maknanya. Terus kubaca perlahan ayat demi ayat sampai selesai dan kuulangi lagi hingga tujuh kali seperti di Nursyifa'. Tanpa dapat kucegah, air mataku terus berjatuhan mengalir membasahi wajahku, beberapa kali sudah kucoba menghapusnya namun aliran sungai yang telah terbentuk di wajahku terus saja basah mengiringi lantunan suaraku.

Setelah ayat terakhir selesai kubaca, kututup aktifitas mengajiku dengan doa-doa dan rasa syukur yang mendalam atas begitu besar karunia atau anugrah yang telah Allah berikan padaku termasuk anugrah mendapat kesempatan untuk melaksanakan ibadah umroh, pergi ke rumah-Mu.

Seketika kupalingkan wajahku kembali ke luar jendela, ingin aku menikmati lagi pemandangan indah di luar. Tanpa dinyana, sebuah keajaiban luar biasa bagiku terlihat dengan jelas dibawah sana. Aku membaca lafadz Allah dengan jelas tertulis pada kumpulan awan tebal yang membentuk huruf alif, lam, lam dan ha menyambung menjadi lafadz Allah yang membentang indah di angkasa dengan latar belakang lautan biru luas. Allahu AKbar.

Puji syukur terus terucap berulang-ulang dari mulutku, begitu Maha Kuasanya Allah Tuhanku, sungguh telah Ia tunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya lewat sarana awan sebagai ciptaan-Nya. Allah benar-benar telah mengabulkan doaku, memperkenankan aku melihat apa yang kumohonkan.

Ingin rasanya berbagi pengalaman yang kulihat dengan ustadz dan teman yang duduk di sebelahku namun aku tak berani menggangu kelelapan yang sedang melanda mereka. Terpaksa kunikmati sendiri pemandangan menakjubkan di bawah sana sampai pesawat bergerak menjauh meninggalkannya. Tak ingin rasanya mata ini berkedip kehilangan satu detikpun momen luar biasa itu sampai aku tidak sempat mengambil kamera yang kusimpan rapi di dalam tasku di bagian bawah kursi.

Ketika pesawat terus bergerak maju dan aku masih memandang ke luar jendela, tiba-tiba dengan ijin Allah, aku diperlihatkan hal yang sama lagi. Akupun kembali takjub hampir tak percaya karena ini adalah lafadz Allah yang ke-dua pada awan yang berbeda. Aku berniat untuk mengambil kamera demi mengabadikan fenomena tersebut, namun mata ini tidak mau berpaling sehingga kehilangan kesempatan langka ini. Aku berfikir bila aku mengambil kamera yang ada di dalam tasku aku akan kehilangan kesempatan yang mungkin hanya sebentar saja. Akhirnya aku hanya bisa menikmatinya saja sambil terus bersyukur. Belum terhenti rasanya syukur yang terucap, tiba-tiba Allah memperlihatkan kembali kejadian yang sama hingga selanjutnya sekali lagi, sehingga Alhamdulillah dengan ijin dan kehendak-Nya, aku telah melihat lafadz Allah yang terbentuk pada awan sebanyak empat buah berturut-turut. Sungguh sebuah kenyataan yang datang tanpa diduga-duga.

Ketika telah begitu banyak airmata yang keluar, kembali Allah memperlihatkan tanda kebesaran-Nya dengan mempertontonkan lafadz Laaillahaillallah di angkasa terbentang dengan gagah di depan mataku. Susunannya mirip sekali dengan gambar/foto lafadz Laaillahaillallah yang terbentuk pada susunan batang-batang kayu yang ditemukan di sebuah negara (kalau tidak salah Jerman) yang pernah kulihat.
Laksana ukiran kaligrafi timbul yang begitu indah dan jelas. Aku kembali terpana untuk kesekian kalinya, hanya ada Allah dalam hatiku saat itu, Subhanallah Walhamdulillah Walaailahaillallah Wallahu akbar...Laahaula Walaquwata Illabillahil Aliyyul adzhiiim.

Walhamdulillahirobbil alamin....

Allah Sayang Kamu (27082009)

Berjalan ringan menyusuri Gang Tembok, Kali Pasir, Menteng menuju Stasiun Gondangdia merupakan kegiatanku untuk pulang setelah mengikuti terapi Nursyifa'

Malam itu tepatnya tanggal 25 Agustus 2009 memang rasanya aku sedang bahagia sekali, hatiku tenang dan nyaman. Aku yakin rasa yang diturunkan dari Allah itu adalah salah satu buah dari mengikuti terapi yang sedang kujalani. Dalam terapi itu juga selalu diingatkan agar aku selalu berpikir positif dalam menghadapi setiap permasalahan. Setiap persoalan atau kejadian yang kita alami akan bernilai positif dan mengandung banyak hikmah di dalamnya apabila kita mampu melihatnya dengan pandangan yang positif juga. Jangan biarkan permasalahan menjadikan kita bermasalah katanya.

Sampailah aku di stasiun Gondangdia, sebuah stasiun kereta yang lokasinya berdekatan dengan sebuah Masjid yang bersejarah, Masjid Cut Mutia namanya. Setelah membeli karcis kereta, akupun menuju peron. Matakupun tertuju pada sebuah kursi panjang yang telah diduduki ole dua orang, seorang pemuda dan seorang tua yang sudah sangat pantas dipanggil kakek. Berperawawkan tinggi dan sedikit berisi dengan baju koko dan peci putihnya mencerminkan seorang kakek yang sholeh yang sering keluar masuk masjid untuk beribadah. Dengan ramah dan tersenyum sang kakekpun mempersilahkan aku untuk duduk disampingnya karena memang kursi tunggu ini dapat menampung tiga orang.

Sang kakekpun kembali tersenyum kepadaku, beliaupun membuka percakapan dengan bertanya tentang tujuanku dan kegiatanku di Menteng. Tanpa ragu, akupun menjawab pertanyaan beliau sambil diiringi senyum pula. Seketika kakek itu tertegun sejenak dan memberikan beberapa pandangan atau mungkin lebih tepatnya nasihat kepadaku. "Mohonlah kesembuhan pada Allah, karena Dialah sesungguhnya yang mampu menyembuhkan", ujarnya. Beliaupun kemudian menanyakan namaku dan kamipun berkenalan, "Allah sayang kamu, Huriyah", katanya lagi. Akupun terperangah mendengarnya meskipun kata-kata ini cukup sering kudengar baik dari teman maupun dari tempat terapi namun tetap saja masih membuatku terperangah. Memang belakangan ini aku cukup 'sensitif' dengan kata-kata cinta dan sayang. Rasanya aku ingin selalu memberikan rasa cinta dan sayangku pada siapapun terutama pada AllahTuhanku yang justru telah memberikan rasa ini padaku agar aku dan Dia dapat saling mencintai dan menyayangi, karena memang Dialah sang pemilik sifat Ar-Rahman; Maha Pengasih, Ar-Rahim; Maha Penyayang dan Al-Wadud; Maha Mencintai.

Sang kakekpun melanjutkan nasihatnya, "Perbanyak beribadah pada Alah, lakukan sholat sunnah selain yang wajib, mengaji dan bersedekah karena sedekah dapat mengantarkan pula pada kesembuhan juga jauhi bid'ah". Beliaupun menambahkan bahwa penyakit yang diberikan adalah salah satu tanda sayang Allah, bukan merupakan bencana seperti yang orang-orang sering katakan, karena dengan tanda sayang-Nya itu akan menggugurkan dosa-dosa. Mensikapinya dengan baik adalah hal yang utama sambil memperbaiki diri dan terus berusaha berobat, pesannya.

Alhamdulillah, terimakasih banyak atas nasihat yang diberikan oleh Pak Haji Ndon, seorang jamaah Masjid Cut Mutia yang tinggal di dekat kelurahan Lenteng Agung. Semoga Allah merahmatimu selalu.

Akupun berpamitan padanya untuk menaiki kereta ekonomi AC jurusan Bogor yang juga sama-sama dinaiki oleh Pak Haji, namun aku menuju ke arah pintu yang lebih di depan sehingga akupun berpisah dengannya.

Di dalam kereta ingatanku sering tertuju pada ucapan Pak Haji tadi sambil sesekali memperhatikan tingkah laku para penumpang kereta yang sangat beragam, ada yang sibuk dengan handphonenya, ada yang asyik mengobrol dengan temannya dan sebagainya. Akhirnya tanpa kusadari akupun terlewat satu stasiun dari yang seharusnya aku turun.........o o o.

AKu kutifkan sebuah tulisan dari kumpulan cerita penyemangat jiwa dari Nursyifa' yaaaa...

Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidak sempurnaan. Karena Allah menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena ALlah memang menyiapkan kita menjadi makhluk dengan berbagai kelebihan.

Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya kapan kita menjadi besar dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan bilakah saatnya berhasil? Kapankah saat itu akan datang?

Teman, kita adalah layaknya benih kecil. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar tanpa pernah merasakan alpa dengan banyaknya tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil dan sukses tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan? Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan?" Tidak teman, karena Allah Maha Tahu bahwa setiap hamba-Nya akan menemukan jalan keberhasilan, maka akan Allah tak pernah lupa dengan itu semua. Jangan pernah berkecil hati, semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

Alhamdulillahirobbil alamin....

Belajar Kesabaran dari Teman (23082009)

"Wah! hari ini kan hari terakhir menjelang Ramadhan besok kan udah mau puasa, hari juga masih siang, jadi masih ada waktu untuk ke rumah teman lamaku, udah kangen berat nich, bertahun-tahun ga ketemu!" bisikku dalam hati, kebetulan hari Jumat ini, kami boleh pulang lebih awal sekitar pukul 12 siang setelah acara Pesantren Kilat di sekolah Lazuardi dan aku teringat akan teman lamaku sewaktu sama-sama mengajar di Bintaro sekitar 6 tahun yang lalu, Uni Mumpuni namanya.

"Assalamu'alaikum, Hai Ni, apa kabar? kau ada dimana sekarang aku pingin ketemu nich!...ooo kalo gitu aku susul kau ke Mall Cinere ya!", pangeran birukupun langsung melesat meninggalkan sekolah menuju ke sebuah mall di bilangan Cinere.

Sampai di tempat, segera kuposisikan pangeranku di tempat istirahatnya yang cukup nyaman, dinaungi rindangnya pohon-pohon bersama teman-teman sesama roda dua.

"Halloo, aku udah sampai nich, kita ketemu di pintu utama ya!", kakikupun melesat bergegas mencari letak pintu utama.

"Here you are!", bisikku dengan gembira. Akhirnya aku dipertemukan kembali dengan salah seorang sahabatku yang sangat baik hati. "Uni!", segera kupanggil namanya. Sesosok wanita berbalut baju merah muda (atau ungu ya?) dengan warna jilbab senada menghampiriku dengan senyum khasnya yang merekah. Dengan hangat, ia pun berbalik menyapaku "Hurry!".

Jabat tangan tanda persaudaraanpun kami lakukan dan segera dilanjutkan dengan cipika cipiki. "Apa kabar Ni? pingin ngobrol-ngobrol nich udah lama gak ketemu!", ingin rasanya segera kutumpahkan rasa kangenku dengan saling bertukar cerita panjang lebar tentang kabar kami masing-masing selama ini.

"Kita cari tempat duduk dulu yuk, masa ngobrolnya sambil berdiri", kata Uni bersemangat. Sambil berusaha mencari tempat yang cocok, akupun segera membisikkan sesuatu ke telinganya, "Sorry ya Ni, aku sebenernya pingin nraktir kamu makan tapi aku inget aku cuma bawa uang 10 ribu, kartu ATMku ada di rumah (padahal isinya juga udah nggak banyak sich, hehe...), gimana ya?", sebenarnya aku malu juga kalau harus terus terang begini tapi daripada nantinya jadi memberatkan temanku, "Ya udah kita BS-BS aja, aku juga lagi nggak bawa uang banyak", katanya (tapi masih lebih banyakan Uni koq hehe... meskipun dia habis nebus obat di apotek).

Ya, sebuah food court adalah tempat yang cocok untuk mengobrol. Dua cup teh poci polos seharga 5 ribu menjadi bagianku sedangkan satu porsi rujak buah seharga 8 ribu giliran Uni yang menjadi bosnya hehehe... (biarpun cuma bisa beli minuman dan makanan yang murah tapi pengalaman yang kudapat darinya begitu mahal harganya).

Panjang lebar kami bertukar cerita, aku sangat bersyukur bisa bertemu lagi dengan sahabatku ini, pengalaman hidupnya yang penuh perjuangan dan kesabaran begitu membuat mataku terbuka dan hatiku mengharu biru dibuatnya.

Kesabaran yang panjang berhitung tahun dalam mengurus dan menjaga kakak yang ia sayangi dengan setulus hati yang sedang terkena sakit parah saat itu. Memang ia mengakui bahwa ia bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah mengenal kata lelah. Ketika perasaan lelah itu hadir pada dirinya yang dapat terbaca dalam sikap atau wajahnya, segera ia menyadarinya dan kembali pada ketulusan hatinya semula. Alhamdulillah Uni pun tidak sendiri dalam meraih ridho Allah dengan mengurus kakak yang disayanginya tersebut, masih ada saudaranya yang lain yang siap membantunya pula.

Dengan telaten dan penuh cinta darinya, baik mengurus kebutuhan pribadi maupun kebutuhan jiwa sang kakak, Uni sanggup melakukannya. Merawat bak suterpun rela ia lakukan, banyak waktu yang ia luangkan baik saat di rumah, dua bulan di rumah sakit maupun setelah kembali lagi ke rumah.

Selalu ia jaga orang tersebut meskipun hampir setiap malam harus terbangun untuk sekedar memiringkannya yang masih lemah tak berdaya. Tidak lupa, selalu ia jaga sikapnya di depan sang kakak dengan selalu menghiburnya, memberi semangat hidup untuknya dan mengajarkan arti kepasrahan dan keikhlasan dalam menjalani hidup ini meskipun sang kakak harus menjalani berbagai operasi dan perawatan yang intensif.

Uni telah menguatkan hati dan meyakinkan orang yang disayanginya itu bahwa Allahlah yang menentukan segalanya termasuk umur manusia walaupun secara medis tidak akan bertahan begitu lama. Selain itu, Uni juga semakin pandai menjaga perasaan kakaknya, ia ciptakan perasaan tenang di hatinya salah satunya sang kakak tidak harus tahu begitu besar biaya yang juga harus dikeluarkan untuk pengobatannya yang mencapai jauh di atas 100 juta (maaf ya Ni, kalau aku menuliskan ini)... sungguh ini telah membuatku terharu dan terkagum-kagum atas kesabaran, keikhlasan, perjuangan serta pengorbanan dirinya, sahabatku. "Uni, surgalah balasan untukmu!" terucap kataku padanya.

Dengan terus berusaha menjaga ketulusan hatinya, selalu ia rawat orang yang disayanginya tersebut. Uni pun menyadari bahwa ia harus lebih banyak bersyukur atas kondisi kesehatan yang Allah berikan untuknya meskipun Allah belum mempertemukan jodoh untuknya saat ini. Menurutnya apa yang ia alami sungguh tidak sebanding dengan apa yang dialami atau dirasakan oleh kakaknya. Tidak lupa iapun terus berusaha dan memohon pertolongan Allah agar diberikan pendamping hidup yang dapat membimbingnya untuk lebih dekat pada Allah.

"Ya Allah, kabulkanlah permohonan sahabatku ini ya Allah, wujudkanlah permintaannya, pertemukan ia dengan jodoh yang Kau ridhoi, ya Allah, tetap kuatkan hatinya untuk terus tegar dan berusaha".

Di akhir pertemuan yang berkesan ini, kami pun berpelukan untuk berpisah kembali. "Kapan-kapan, kita lanjutkan lagi ceritanya ya", katanya padaku.

Kembali kususuri jalan pulang masih dengan pangeran biruku, sempat terbersit dalam hatiku, apakah aku akan seperti itu nantinya dengan penyakit yang judulnya sama dengan penyakit yang sedang kuderita...Segera kuhapus lamunanku, "Aku akan sembuh sempurna seperti sediakala", ucapku dalam hati sambil kuyakini itu sepenuhnya.

"Ya Alah, sungguh dibalik penyakitku ini telah begitu banyak hikmah yang telah kau perlihatkan padaku, aku bersyukur masih Kau beri nafas panjang untukku, masih Kau kuatkan kaki ini untuk melangkah di jalan-Mu, masih Kau gerakkan tangan ini untuk berbuat kebaikan, masih Kau beri kesempatan untukku untuk meraih limpahan rizki dari-Mu, masih Kau beri aku waktu untuk berkumpul berbahagia dengan keluargaku dan dengan orang-orang yang menyayangiku lainnya, dan masih, masih, masih, masih baaaaaanyaaaaak lagi karunia-Mu padaku, Ya Allah".

"Ya Allah berikan aku yang terbaik dalam pandangan-Mu untukku, yang dengan itu akan lebih mendekatkan aku pada-Mu, Amin Ya Rabbal Alamin."

Terimakasihku setulus hati untuk sahabatku tercinta, Uni Mumpuni....

Sabtu, 13 Februari 2010

Guruku

Keindahan budi tercermin dalam sikapmu
Kesejukan hati terpancar dalam lisanmu
Kebesaran jiwa penuhi kalbumu
Senyum terbaik hiasi wajahmu

Kau pasrahkan dirimu pada Allah semata
Dalam perlindungan dan ke-Maha Kuasaan-Nya
Mengharap turun hujan rahmat dari-Nya
Serta anugrah kasih sayang yang berlimpah

Mutiara doa meluncur lewat lisanmu
Bermandikan cahaya firman Allah selalu
Berdzikir hati, lisan dan pikirmu
Menuju satu, Tuhan Allah Sang Penentu

Mulia sungguh perbuatanmu
Menolong orang juga menebar ilmu
Mengajak berdzikir pada-Nya disetiap waktu
Merubah kami menjadi manusia baru

Betapa Allah merahmatimu
Menganugrahkanmu dengan berbagai ilmu
Kau gunakan semua itu untuk kebaikan
Sungguh Allah mencintaimu

Kamis, 11 Februari 2010

Dialah Allah

Menyebut nama-Nya adalah keindahan
Memanggil-Nya adalah pengharapan
Menyembah-Nya adalah kenikmatan
Mentauhidkan-Nya adalah kejujuran
Menduakan-Nya adalah pendustaan
Menerima takdir-Nya adalah kepatuhan
Menjalani takdir-Nya adalah keikhlasan
Meyakini-Nya adalah perwujudan
Menuju-Nya adalah keridhoan
Mengenalkan-Nya adalah kewajiban
Mengingat-Nya adalah senyuman
Mencintai-Nya adalah kesempurnaan